motivasi

Seberapa Tinggi Standar yang Kamu Tetapkan

Seberapa Tinggi Standar yang Kamu Tetapkan? Kalau dikasih kesempatan buat melakukan sesuatu, gimana cara kamu menyikapinya?

Suatu hari, anak saya pulang sekolah sambil mengeluh soal aturan baru yang menurutnya “nggak masuk akal.” Setelah saya dengar, saya setuju—buat anak seperti dia, aturan itu memang terdengar bodoh. Tapi saya jelasin ke dia, aturan itu dibuat karena sekolah perlu menetapkan standar minimal atau “bar”.

Masalahnya, standar ini sering kali jadi patokan maksimal bagi banyak orang.

Bayangin seorang anak SD yang diminta membaca 15 menit sehari. Anak yang paling butuh membaca justru mulai gelisah setelah 10 menit. Pas udah masuk menit ke-14, dia udah siap-siap nutup buku. Artinya, kalau mau mereka benar-benar baca 15 menit, standarnya harus lebih tinggi.

Atau contoh lain, kamu nyuruh anak kamu buang sampah.
_”Tapi kan tempat sampahnya belum penuh!”_
_”Iya, tapi kotak susu bekas di dalamnya udah bikin bau busuk.”_
Karena standar dia adalah “buang sampah kalau udah penuh”, bau busuk nggak termasuk dalam pertimbangannya. Akibatnya, sampah tetap dibiarkan di situ.

Paham maksudnya?

Standar dalam Kehidupan Sehari-hari

Di masyarakat, ada standar yang ditetapkan buat menjaga kualitas hidup. Tapi sering kali, standar ini nggak terlalu tinggi. Sekarang, coba pikirin: Gimana kamu menetapkan standar dalam hidup kamu sendiri?

Saya pernah dapat pekerjaan menulis artikel pendek untuk klien. Saya dikasih ratusan judul buat ditulis. Karena nggak tahu seberapa cepat saya bisa menyelesaikannya, saya pasang target yang aman: 1 artikel sehari, 5 artikel seminggu.

Bagus, standar sudah ditetapkan.

Tapi setelah beberapa minggu, saya sadar kalau saya sebenarnya bisa nulis tiga kali lebih banyak dalam waktu yang sama. Terus saya mikir:

– Apa saya harus tetap pakai standar awal yang rendah ini?
– Apa saya harus naikkan target jadi 15 artikel seminggu?
– Kenapa saya harus repot-repot naikkan standar dan menuntut lebih dari diri sendiri?

Akhirnya, saya mutusin buat menaikkan standar. Kenapa nggak sekalian berkembang dan menantang diri sendiri? Saya jadi lebih produktif, klien lebih puas, dan saya juga dapat penghasilan lebih banyak. Sama-sama untung.

Ubah Pola Pikir

Sejak saat itu, saya mulai ngelihat aspek lain dalam hidup saya. Apa ada standar lain yang perlu saya sesuaikan? Saya perhatiin, orang-orang yang punya standar rendah cenderung ngelihat segalanya sebagai sesuatu yang sulit atau mustahil. Mereka nggak melihatnya sebagai peluang buat berkembang.

Tapi kalau kita coba naikkan standar sekali saja, besar kemungkinan kita bakal naikkan lagi di lain waktu. Kalau ini terus berulang, lama-lama jadi kebiasaan. Kita mulai melihat segalanya dari sudut pandang berbeda.

Ketika kamu terbiasa menaikkan standar, orang lain bakal bilang:
“Kamu beruntung banget, hidup kamu enak!”

Padahal ini bukan soal keberuntungan. Ini soal menaikkan standar.

Ekspektasikan lebih dari diri sendiri, dan kamu akan mendapatkan lebih.

Rayakan pencapaianmu, lalu lanjutkan lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *